Hello guys pembaca setia blog gue, sudah lama ya semenjak terakhir kali gue mengupload postingan ke blog ini. Sekarang gue ada cerpen (lagi) setelah sekian lama tertunda, ini lanjutan cerpen Kejutan yang dulu (pertama) dan setelah cerpen ini nggak ada lagi Kejutan yang selanjutnya, alias ini Kejutan yang terakhir. So dari pada gue bingung mikir kata apa lagi, langsung aja deh baca cerpennya di bawah ini.
KEJUTAN
II
Oleh
: Kartika
“Happy
Anniversary yang kedua sayang, semoga kamu makin cinta sama sayangmu ini.”
Sudah
dua tahun kami pacaran. Nggak ada lagi rahasia-rahasiaan, semua terbuka. Kami
jadian setelah kurang lebih enam bulan PDKT. Melvin bilang dia mulai suka sama
aku semenjak orentasi (tepatnya ketika aku peluk dia di depan toilet). Melvin
itu Kakak panitia orentasiku dulu. Aku mulai suka sama Melvin ketika dia mendekati aku terus. Lama-lama
jadi suka (akhirnya
luluh juga sama rayuannya). Karena lumayan lama pacaran, rasanya sudah dekat sekali. Kita sudah sama-sama dewasa. Nggak kayak
dulu waktu awal-awal pacaran, lebay sekali. Apa-apa difoto terus diposting ke sosial media;
facebook, twitter, instagram, BBM juga. Sekarang, nggak selebay itu lagi.
Banyak
teman-teman yang kagum dan salut sama hubunganku dengan Melvin karena kami sudah lumayan lama pacaran.
Jarang-jarang orang kayak kami (ABG menjelang dewasa) yang awet menjalin hubungan
(pacaran). Tapi ada juga orang yang iri sama kami. Misalnya, mereka membuat
gosip kalo kami pacaran sudah kelewat batas (pahamkan maksudnya apa)
mungkin karena kami sangat dekat dan
mesra. Padahal sampai saat ini kami pacaran positif-positif aja.
Buat
apa pacaran kayak gitu kalo nanti
cuma
mempermalukan kami juga. Bukannya sombong, di sekolah aku sama Melvin memang cukup populer. Waktu kelas XI
Melvin pernah jadi wakil ketua OSIS, walaupun sekarang nggak jadi anggotanya
lagi, tapi dia masih aktif di sekolah dengan ikut beberapa ekstrakurikuler,
misalnya PMR sama basket.
Aku,
waktu kelas X aku pernah mewakili sekolah untuk mengikuti lomba karate
se-kabupaten, yaa walaupun kalah. Mulai dari situ aku mulai banyak yang kenal
di sekolah. Terus, setiap kali ada lomba-lomba menyanyi per kelas aku selalu
ditunjuk buat mewakili kelas kami, baik itu solo maupun duet atau grup. Selain
hobi nyanyi aku juga ikut ekstrakurikuler paduan suara. Aku tau suaraku biasa
aja, tapi di sekolah aku didaulat menjadi salah satu diva karena aku sering
nyanyi kalo ada acara-acara di sekolah. Di sekolahku ada empat diva; kelas X
satu orang, kelas XI satu orang (aku), sama kelas XII dua orang. Aku
juga punya grup band dan aku jadi vokalisnya. Kami nggak cuma tampil di sekolah
tapi di luar juga, kayak kafe-kafe atau acara lainnya.
****
Nanti
sore aku mau jalan-jalan sama Melvin, hari ini kan hari jadi kami. Sebenarnya
kami jarang bertemu di sekolah karena sama-sama sibuk apalagi Melvin, jadi kalo
mau ketemuan di luar jam sekolah itu pun kalo ada waktu. Kalo hari ini memang sengaja meluangkan waktu buat
merayakan hari bersejarah kami. Melvin bilang katanya hari ini dia ada kerja
kelompok, tapi ditunda jadi besok. Untung teman-temannya setuju.
“Hari
ini jadi kan?” Lima belas menit kemudian pesan WA ku baru dibalas.
“Jadi
dong sayang, kamu jangan telat ya. Awas kalo telat, kamu bakal ku kurung
selamanya di hatiku, nggak bisa keluar. <3 :D :) ” Balasnya dengan emoticon
lucu.
Sebelum
ketemuan, aku ada jadwal perform dulu di sebuah kafe. Grup band kami
emang sering diundang di kafe itu. Dulu juga waktu pertama kali tampil di luar
sekolah, kafe itu yang mengundang kami. Honornya sih nggak seberapa terus
dibagi-bagi lagi sama semua personilnya, tapi aku senang karena ada orang yang
membayar buat penampilan kami (ku). Padahal aku selalu mikir kalo suaraku
biasa-biasa aja, tapi kenapa banyak orang yang suka (kepedean).
¯Tiada
bisa ku lupa, saat yang indah, yang terindah..
Yang kita lewati bercinta..
Semua kebiasaan, yang kita lalui berdua..
Kini jadi puing kenangan..
Sebab engkau telah pergi, sambil menangis kau
katakan..
Kau tak akan pernah kembali..
Dan dapat ku pahami, satu alasan yang kau beri..
Apa yang mereka ingini..
Segala yang terbaik untukmu..¯
Prokk..
Prokk.. Prokk..
Biasanya
kami pakai lagu ciptaan sendiri kalo tampil. Kadang pakai lagu musisi-musisi
terkenal atau sesuai permintaan dari pihak yang mengundang kami. Kayak tadi,
kami menampilkan lagu Ungu~Jika Itu yang Terbaik. Katanya lagu itu permintaan
anak yang punya kafe. Anaknya itu ingin Band Ungunya langsung yang datang, tapi
Bapaknya nggak bisa, jadi beliau meminta kami buat menampilkan lagu itu.
****
Ya
ampun, lima menit lagi jam
empat sore. Aku janjian sama Melvin kan jam empat. Gimana kalo dia sudah nunggu lama. Biasanya dia
selalu datang duluan, aku jadi nggak enak. Kesannya aku kayak datang terlambat, padahal
dia yang datangnya kecepatan.
Setelah
selesai manggung, aku langsung pergi takutnya nanti telat sampai di sana. Melvin itu
orangnya cepat terbawa emosi, walaupun sama ceweknya sendiri. Pernah waktu
janjian aku telat dua puluh menit, dia agak marah gitu. Aku punya alasan kenapa telat, tapi dia
nggak mau tau. Dia itu kalo lagi marah jangan malah dilawan, tapi dibaikin aja
walaupun dia yang salah. Kalo nggak kayak gitu dia bisa lama marahnya, lebih
lama dari cewek lagi marahnya. :D
Ketika
sampai di kafe aku langsung menuju ke arah Melvin yang lagi duduk nggak jauh
dari pintu kafe. Aku duduk di hadapannya lalu melempar senyum supaya Melvin
nggak marah. Atau biar dia nggak menggombaliku kayak biasanya.
“Rin,
kok kamu telat sih? Kan aku udah bilang jangan telat, kamu mau aku..” Ucap
Melvin dengan raut wajah kesal khasnya yang langsung aku potong ucapannya.
“Mau.
Aku mau kamu kurung aku di hatimu selamanya. Mau banget malah.”
“Kamu
gimana sih, aku bilang jangan telat ya jangan telat. Ini malah bercanda.”
Nggak
biasanya Melvin kayak gini, beda sekali.
Kalo lagi marah terus aku lemahin kayak gitu amarahnya bisa reda, tapi tadi
nggak berpengaruh sama sekali. Apa dia sengaja memarahi aku buat bikin kejutan
kayak ultahku dua tahun yang lalu.
“Rin,
kita udah dua tahun pacaran.
Selama dua tahun, udah banyak yang kita lewati, apa sekarang kamu masih sayang
sama aku?”
“Vin,
dari dulu sampai sekarang aku selalu sayang sama kamu. Nggak pernah satu detik
pun aku nggak sayang sama kamu.” Untuk sesaat keadaan jadi diam membisu. Aku
mau memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana, tapi aku takut kalo Melvin
tambah marah.
“Rin,
sekarang, kita, putus.” Ucapnya kata per kata.
Haa!!
Dalam hatiku kayak ada yang melemparkan
batu, rasanya sakit sekali.
Seluruh badanku langsung kaku, seakan-akan darah berhenti mengalir. Aku pernah
membayangkan gimana rasanya putus dari orang yang sudah bertahun-tahun sama
kita, pasti rasanya sakit. Tapi yang sekarang aku rasakan lebih sakit dari yang
aku bayangkan. Aku berharap Melvin cuma bercanda atau dia lagi mengerjaiku atau
aku lagi bermimpi. Nggak, ini nyata. Dia bilang kata-kata itu sangat nyata.
“Kenapa
Vin, alasannya apa? Aku tau kamu mutusin aku bukan karena aku telat kan, ya
kan? Aku tau kamu Vin, kenapa?”
“Kamu
benar, aku mutusin kamu bukan karena kamu telat. Itu hal yang terlalu sepele
buat dijadiin alasan. Setelah lulus nanti aku mau kuliah ke Inggris, kemungkinan aku
menetap di sana. Aku pulang ke Indonesia paling cuma satu tahun sekali. Apa
kamu sanggup LDR?” Jelasnya, lalu
pergi meninggalkanku setelah membayar minuman yang dia pesan ketika menungguku
tadi.
****
Empat
bulan kemudian..
Kelas
XII udah selesai UN sekitar dua bulan yang lalu. Aku juga sudah ulangan kenaikan kelas.
Akhir-akhir ini aku benar-benar fokus
belajar
supaya nilaiku lebih
memuaskan dibandingkan semester kemaren. Sampai sekarang aku masih jomblo
semenjak putus dari Melvin. Aku juga nggak tau lagi gimana kabarnya.
Kemaren
Zaara datang ke rumahku, katanya
kangen
soalnya kami jarang bertemu.
Dia cerita macam-macam sampai tentang cewek-cewek centil di kelasnya. Aku
terkejut ketika Zaara bilang kalo Melvin mau tunangan. Perasaan Melvin itu kan kuliah
ke Inggris, lagipula kami juga putus baru beberapa bulan yang lalu. Masa dia
secepat itu melupakan aku dan sudah
dapat pengganti (aku aja belum).
****
Hari ini Papa sama Mama
pulang dari Korea, Mama bilang siang ini mereka tiba di Indonesia sekitar jam
11. Jam 12 aku disuruh ke kafe pilihan Mama buat makan siang, katanya nanti
akan ada teman kerja Papa yang ikut makan siang juga. Mungkin mau membicarakan
tentang pekerjaan.
Ku lihat jam di hp sudah
menunjukkan pukul 12:20. Kebiasaan, Papa sama Mama pasti datang terlambat. Aku
nggak nyaman sendirian di sini lama-lama, lagipula perutku sudah berbunyi.
Untung bunyinya nggak nyaring. Mau makan duluan tapi nggak enak, apalagi nanti
ada rekan kerja Papa.
Dari awal duduk di dalam
kafe pandanganku nggak pernah lepas dari pintu, berharap Papa sama Mama datang
secepatnya. Kalo nggak, ada orang yang kukenal datang ke kafe ini. Jadi aku
nggak kesepian karena nggak ada teman.
Ternyata keinginanaku
terkabul, ada orang yang aku kenal datang ke sini. Tapi kenapa harus dia, orang
yang kehadirannya nggak pernah aku harapkan. Dari awal masuk dia langsung
melihat dan menghampiriku.
“Lama ya nggak ketemu..”
Aku cuma menunjukkan senyum
paksa yang terkesan berlebihan.
“Kabar kamu apa, emm kamu
apa kabar?”
Apa Melvin lagi gugup
sekarang, perasaan dia itu pemberani dan nggak mudah gugup karena dia pernah
jadi wakil ketua OSIS.
“Aku dengar kamu mau tunangan,
selamat ya semoga
pertunanganmu berlanjut ke jenjang pernikahan.”
“Rin,
maaf, kalo aku nggak bilang ke kamu sebelumnya.”
“It’s
okay. Tapi aku bingung kenapa kamu bohong sama aku. Waktu itu kamu bilang
kalo kamu mau kuliah ke Inggris.”
“Rin
maaf, aku nggak bermaksud buat bohongin kamu. Aku bingung gimana jelasin semua
ke kamu. Beberapa bulan sebelum kita putus, orang tuaku bilang kalo mereka
berencana mau jodohin aku sama anak dari client mereka. Aku kira orang
tuaku nggak melanjutkan perjodohan itu, ternyata”
Aku
nggak sanggup, dari pada air mataku tumpah di depan Melvin, lebih baik aku
pergi.
“Mm, aku duluan ya”
“....”
****
“Ehmm,
lagu ini kunyanyikan untuk
orang yang pernah menghiasi hatiku”
¯I heard that you’re
settled down,
That you found a girl and you’re married now,
I heard that your dreams came true,
Guess she gave you things I didn’t give to you,
Old friend, why are you so shy?
Ain’t like you to hold back or hide from the light,
That you found a girl and you’re married now,
I heard that your dreams came true,
Guess she gave you things I didn’t give to you,
Old friend, why are you so shy?
Ain’t like you to hold back or hide from the light,
I hate to turn up out of the blue
uninvited,
But I couldn’t stay away, I couldn’t fight it,
I had hoped you’d see my face,
And that you’d be reminded that for me it isn’t over,
But I couldn’t stay away, I couldn’t fight it,
I had hoped you’d see my face,
And that you’d be reminded that for me it isn’t over,
Nevermind, I’ll find someone like
you,
I wish nothing but the best for you, too,
Don’t forget me, I beg,
I remember you said,
“Sometimes it lasts in love,
But sometimes it hurts instead,”
Sometimes it lasts in love,
But sometimes it hurts instead, yeah,¯
I wish nothing but the best for you, too,
Don’t forget me, I beg,
I remember you said,
“Sometimes it lasts in love,
But sometimes it hurts instead,”
Sometimes it lasts in love,
But sometimes it hurts instead, yeah,¯
Ketika aku selesai menyanyi,
kulihat kehadiran Papa sama Mama dari balik pintu. Aku langsung menghampiri
mereka.
“Aku kira Papa sama Mama
nggak jadi datang, tadi aku udah mau pulang lho.”
“Pahh!” Panggil Melvin
sambil melambaikan tangan kanan.
“Ehm, Pak Madi perkenalkan
ini anak saya satu-satunya namanya Park Ri Rin. Namanya memang unik, keturunan
Papanya Park Ri On.”
“Hahaha” Aku bingung kenapa
Papa sama Pak Madi ketawa, padahal nggak ada yang lucu. Mama sama istrinya Pak
Madi juga ikut ketawa, sepertinya dipaksakan.
“Nah kalo ini anak saya
namanya Melvin. Melvin ini dia calon tunanganmu yang Papa bilang itu. Cantik
kan.”
“Uhhukk uhukk” (Calon
tunangan? Aku?)
Untuk beberapa saat aku dan
Melvin hanya saling bertatapan. Dari telingaku sangat jelas terdengar suara
Papa sama Mama dan orang tua Melvin sedang asyik berincang-bincang , sesekali
mereka tertawa kecil. Aku juga mendengar mereka menjelaskan tentang pertunangan
itu, aku dan Melvin cuma mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis seakan-akan
kami belum kenal satu sama lain. Bo**h, dua tahun aku pacaran sama Melvin tapi
kami nggak pernah bertemu orang tua masing-masing.
****
Aku senang
sekali ketika Melvin
memasangkan cincin tunangan
ke jari manisku. Sampai-sampai dari tadi aku selalu tersenyum.
“Wahh, ternyata benar
dugaanku kamu yang duluan menikah. Cie ciee. Selamat ya, ku doain semoga kalian
langgeng sampai ke jenjang pernikahan”
“Amiiiin, makasih ya Ra.
Ternyata kamu masih ingat pembicaraan kita dulu. Zaara, benar ya kamu mau
kuliah ke Surabaya. Kenapa, aku kan udah bela-belain pindah dari Korea ke sini
supaya kita bisa ketemu lagi. Tapi kamu malah pindah, gimana sih”
“Maaf ya Rin. Abis mau
gimana lagi, aku juga nggak mau tapi Ayahku dipindahkan kerja ke sana. Orang tuaku kan beda sama orang tua
kamu. Kalo kamu dibolehin tinggal jauh dari orang tua, sedangkan aku. Jangankan
beda negara, beda kota aja orang tuaku nggak ngebolehin aku tinggal sendiri.
Tapi aku janji, nanti kalo kamu menikah pasti aku datang. Yaa asal kamu undang
aja.”
“Kamu juga”
Zaara mungkin tersenyum karena dia mengerti maksudku. Dulu dia pernah
bilang kalo dia akan menikah setelah lulus S2 damn sukses dulu. Malah dia pernah berpikiran kalo dia
nggak akan pernah menikah. Dia memang aneh, nggak hom* tapi sampai sekarang dia
belum pernah pacaran atau suka sama cowok.
TAMAT
Thanks ya guys sudah bersedia melihat, membaca, atau cuma nyasar ke sini. Jangan lupa juga ya pilih reaksinya dan kirim komentar walaupun kalian cuma nyasar ke sini. Karena saran dan pendapat kalian akan sangat bermanfaat untuk blog ini agar ke depannya bisa menjadi blog yang diinginkan oleh para pembaca. Sekali lagi gue ucapkan terima kasiiiih. Tunggu postingan gue berikutnya yaaa.