Cute Running Grey Cat

Jumat, 22 Juli 2016

Cerpen Kejutan II (dua) karya Kartika, lanjutan cerpen Kejutan yang pertama



Hello guys pembaca setia blog gue, sudah lama ya semenjak terakhir kali gue mengupload postingan ke blog ini. Sekarang gue ada cerpen (lagi) setelah sekian lama tertunda, ini lanjutan cerpen Kejutan yang dulu (pertama) dan setelah cerpen ini nggak ada lagi Kejutan yang selanjutnya, alias ini Kejutan yang terakhir. So dari pada gue bingung mikir kata apa lagi, langsung aja deh baca cerpennya di bawah ini.

KEJUTAN II
Oleh : Kartika

Happy Anniversary yang kedua sayang, semoga kamu makin cinta sama sayangmu ini.”

Sudah dua tahun kami pacaran. Nggak ada lagi rahasia-rahasiaan, semua terbuka. Kami jadian setelah kurang lebih enam bulan PDKT. Melvin bilang dia mulai suka sama aku semenjak orentasi (tepatnya ketika aku peluk dia di depan toilet). Melvin itu Kakak panitia orentasiku dulu. Aku mulai suka sama Melvin ketika dia mendekati aku terus. Lama-lama jadi suka (akhirnya luluh juga sama rayuannya). Karena lumayan lama pacaran, rasanya sudah dekat sekali. Kita sudah sama-sama dewasa. Nggak kayak dulu waktu awal-awal pacaran, lebay sekali. Apa-apa difoto terus diposting ke sosial media; facebook, twitter, instagram, BBM juga. Sekarang, nggak selebay itu lagi.

Banyak teman-teman yang kagum dan salut sama hubunganku dengan Melvin karena kami sudah lumayan lama pacaran. Jarang-jarang orang kayak kami (ABG menjelang dewasa) yang awet menjalin hubungan (pacaran). Tapi ada juga orang yang iri sama kami. Misalnya, mereka membuat gosip kalo kami pacaran sudah kelewat batas (pahamkan maksudnya apa) mungkin  karena kami sangat dekat dan mesra. Padahal sampai saat ini kami pacaran positif-positif aja.

Buat apa pacaran kayak gitu kalo nanti cuma mempermalukan kami juga. Bukannya sombong, di sekolah aku sama Melvin memang cukup populer. Waktu kelas XI Melvin pernah jadi wakil ketua OSIS, walaupun sekarang nggak jadi anggotanya lagi, tapi dia masih aktif di sekolah dengan ikut beberapa ekstrakurikuler, misalnya PMR sama basket.

Aku, waktu kelas X aku pernah mewakili sekolah untuk mengikuti lomba karate se-kabupaten, yaa walaupun kalah. Mulai dari situ aku mulai banyak yang kenal di sekolah. Terus, setiap kali ada lomba-lomba menyanyi per kelas aku selalu ditunjuk buat mewakili kelas kami, baik itu solo maupun duet atau grup. Selain hobi nyanyi aku juga ikut ekstrakurikuler paduan suara. Aku tau suaraku biasa aja, tapi di sekolah aku didaulat menjadi salah satu diva karena aku sering nyanyi kalo ada acara-acara di sekolah. Di sekolahku ada empat diva; kelas X satu orang, kelas XI satu orang (aku), sama kelas XII dua orang. Aku juga punya grup band dan aku jadi vokalisnya. Kami nggak cuma tampil di sekolah tapi di luar juga, kayak kafe-kafe atau acara lainnya.

****

Nanti sore aku mau jalan-jalan sama Melvin, hari ini kan hari jadi kami. Sebenarnya kami jarang bertemu di sekolah karena sama-sama sibuk apalagi Melvin, jadi kalo mau ketemuan di luar jam sekolah itu pun kalo ada waktu. Kalo hari ini memang sengaja meluangkan waktu buat merayakan hari bersejarah kami. Melvin bilang katanya hari ini dia ada kerja kelompok, tapi ditunda jadi besok. Untung teman-temannya setuju.

Hari ini jadi kan?” Lima belas menit kemudian pesan WA ku baru dibalas.

Jadi dong sayang, kamu jangan telat ya. Awas kalo telat, kamu bakal ku kurung selamanya di hatiku, nggak bisa keluar. <3 :D :) ” Balasnya dengan emoticon lucu.

Sebelum ketemuan, aku ada jadwal perform dulu di sebuah kafe. Grup band kami emang sering diundang di kafe itu. Dulu juga waktu pertama kali tampil di luar sekolah, kafe itu yang mengundang kami. Honornya sih nggak seberapa terus dibagi-bagi lagi sama semua personilnya, tapi aku senang karena ada orang yang membayar buat penampilan kami (ku). Padahal aku selalu mikir kalo suaraku biasa-biasa aja, tapi kenapa banyak orang yang suka (kepedean).

¯Tiada bisa ku lupa, saat yang indah, yang terindah..
Yang kita lewati bercinta..
Semua kebiasaan, yang kita lalui berdua..
Kini jadi puing kenangan..
Sebab engkau telah pergi, sambil menangis kau katakan..
Kau tak akan pernah kembali..
Dan dapat ku pahami, satu alasan yang kau beri..
Apa yang mereka ingini..
Segala yang terbaik untukmu..¯

Prokk.. Prokk.. Prokk..
Biasanya kami pakai lagu ciptaan sendiri kalo tampil. Kadang pakai lagu musisi-musisi terkenal atau sesuai permintaan dari pihak yang mengundang kami. Kayak tadi, kami menampilkan lagu Ungu~Jika Itu yang Terbaik. Katanya lagu itu permintaan anak yang punya kafe. Anaknya itu ingin Band Ungunya langsung yang datang, tapi Bapaknya nggak bisa, jadi beliau meminta kami buat menampilkan lagu itu.

****

Ya ampun, lima menit lagi jam empat sore. Aku janjian sama Melvin kan jam empat. Gimana kalo dia sudah nunggu lama. Biasanya dia selalu datang duluan, aku jadi nggak enak. Kesannya aku kayak datang terlambat, padahal dia yang datangnya kecepatan.

Setelah selesai manggung, aku langsung pergi takutnya nanti telat sampai di sana. Melvin itu orangnya cepat terbawa emosi, walaupun sama ceweknya sendiri. Pernah waktu janjian aku telat dua puluh menit, dia agak marah gitu. Aku punya alasan kenapa telat, tapi dia nggak mau tau. Dia itu kalo lagi marah jangan malah dilawan, tapi dibaikin aja walaupun dia yang salah. Kalo nggak kayak gitu dia bisa lama marahnya, lebih lama dari cewek lagi marahnya. :D

Ketika sampai di kafe aku langsung menuju ke arah Melvin yang lagi duduk nggak jauh dari pintu kafe. Aku duduk di hadapannya lalu melempar senyum supaya Melvin nggak marah. Atau biar dia nggak menggombaliku kayak biasanya.

“Rin, kok kamu telat sih? Kan aku udah bilang jangan telat, kamu mau aku..” Ucap Melvin dengan raut wajah kesal khasnya yang langsung aku potong ucapannya.

“Mau. Aku mau kamu kurung aku di hatimu selamanya. Mau banget malah.”

“Kamu gimana sih, aku bilang jangan telat ya jangan telat. Ini malah bercanda.”

Nggak biasanya Melvin kayak gini, beda sekali. Kalo lagi marah terus aku lemahin kayak gitu amarahnya bisa reda, tapi tadi nggak berpengaruh sama sekali. Apa dia sengaja memarahi aku buat bikin kejutan kayak ultahku dua tahun yang lalu.

“Rin, kita udah dua tahun pacaran. Selama dua tahun, udah banyak yang kita lewati, apa sekarang kamu masih sayang sama aku?”

“Vin, dari dulu sampai sekarang aku selalu sayang sama kamu. Nggak pernah satu detik pun aku nggak sayang sama kamu.” Untuk sesaat keadaan jadi diam membisu. Aku mau memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana, tapi aku takut kalo Melvin tambah marah.

“Rin, sekarang, kita, putus.” Ucapnya kata per kata.

Haa!! Dalam hatiku  kayak ada yang melemparkan batu, rasanya sakit sekali. Seluruh badanku langsung kaku, seakan-akan darah berhenti mengalir. Aku pernah membayangkan gimana rasanya putus dari orang yang sudah bertahun-tahun sama kita, pasti rasanya sakit. Tapi yang sekarang aku rasakan lebih sakit dari yang aku bayangkan. Aku berharap Melvin cuma bercanda atau dia lagi mengerjaiku atau aku lagi bermimpi. Nggak, ini nyata. Dia bilang kata-kata itu sangat nyata.

“Kenapa Vin, alasannya apa? Aku tau kamu mutusin aku bukan karena aku telat kan, ya kan? Aku tau kamu Vin, kenapa?”

“Kamu benar, aku mutusin kamu bukan karena kamu telat. Itu hal yang terlalu sepele buat dijadiin alasan. Setelah lulus nanti aku mau kuliah ke Inggris, kemungkinan aku menetap di sana. Aku pulang ke Indonesia paling cuma satu tahun sekali. Apa kamu sanggup  LDR?” Jelasnya, lalu pergi meninggalkanku setelah membayar minuman yang dia pesan ketika menungguku tadi.

****

Empat bulan kemudian..
Kelas XII udah selesai UN sekitar dua bulan yang lalu. Aku juga sudah ulangan kenaikan kelas. Akhir-akhir ini aku benar-benar fokus belajar supaya nilaiku lebih memuaskan dibandingkan semester kemaren. Sampai sekarang aku masih jomblo semenjak putus dari Melvin. Aku juga nggak tau lagi gimana kabarnya.

Kemaren Zaara datang ke rumahku, katanya kangen soalnya kami jarang bertemu. Dia cerita macam-macam sampai tentang cewek-cewek centil di kelasnya. Aku terkejut ketika Zaara bilang kalo Melvin mau tunangan. Perasaan Melvin itu kan kuliah ke Inggris, lagipula kami juga putus baru beberapa bulan yang lalu. Masa dia secepat itu melupakan aku dan sudah dapat pengganti (aku aja belum).

****

Hari ini Papa sama Mama pulang dari Korea, Mama bilang siang ini mereka tiba di Indonesia sekitar jam 11. Jam 12 aku disuruh ke kafe pilihan Mama buat makan siang, katanya nanti akan ada teman kerja Papa yang ikut makan siang juga. Mungkin mau membicarakan tentang pekerjaan.

Ku lihat jam di hp sudah menunjukkan pukul 12:20. Kebiasaan, Papa sama Mama pasti datang terlambat. Aku nggak nyaman sendirian di sini lama-lama, lagipula perutku sudah berbunyi. Untung bunyinya nggak nyaring. Mau makan duluan tapi nggak enak, apalagi nanti ada rekan kerja Papa.

Dari awal duduk di dalam kafe pandanganku nggak pernah lepas dari pintu, berharap Papa sama Mama datang secepatnya. Kalo nggak, ada orang yang kukenal datang ke kafe ini. Jadi aku nggak kesepian karena nggak ada teman.

Ternyata keinginanaku terkabul, ada orang yang aku kenal datang ke sini. Tapi kenapa harus dia, orang yang kehadirannya nggak pernah aku harapkan. Dari awal masuk dia langsung melihat dan menghampiriku.

“Lama ya nggak ketemu..”

Aku cuma menunjukkan senyum paksa yang terkesan berlebihan.

“Kabar kamu apa, emm kamu apa kabar?”

Apa Melvin lagi gugup sekarang, perasaan dia itu pemberani dan nggak mudah gugup karena dia pernah jadi wakil ketua OSIS.

Aku dengar kamu mau tunangan, selamat ya semoga pertunanganmu berlanjut ke jenjang pernikahan.”

“Rin, maaf, kalo aku nggak bilang ke kamu sebelumnya.”

It’s okay. Tapi aku bingung kenapa kamu bohong sama aku. Waktu itu kamu bilang kalo kamu mau kuliah ke Inggris.”

“Rin maaf, aku nggak bermaksud buat bohongin kamu. Aku bingung gimana jelasin semua ke kamu. Beberapa bulan sebelum kita putus, orang tuaku bilang kalo mereka berencana mau jodohin aku sama anak dari client mereka. Aku kira orang tuaku nggak melanjutkan perjodohan itu, ternyata”

Aku nggak sanggup, dari pada air mataku tumpah di depan Melvin, lebih baik aku pergi.

“Mm, aku duluan ya”

“....”

****

“Ehmm, lagu ini kunyanyikan untuk orang yang pernah menghiasi hatiku”
¯I heard that you’re settled down,
That you found a girl and you’re married now,
I heard that your dreams came true,
Guess she gave you things I didn’t give to you,
Old friend, why are you so shy?
Ain’t like you to hold back or hide from the light,
I hate to turn up out of the blue uninvited,
But I couldn’t stay away, I couldn’t fight it,
I had hoped you’d see my face,
And that you’d be reminded that for me it isn’t over,
Nevermind, I’ll find someone like you,
I wish nothing but the best for you, too,
Don’t forget me, I beg,
I remember you said,
“Sometimes it lasts in love,
But sometimes it hurts instead,”
Sometimes it lasts in love,
But sometimes it hurts instead, yeah,
¯

Ketika aku selesai menyanyi, kulihat kehadiran Papa sama Mama dari balik pintu. Aku langsung menghampiri mereka.

“Aku kira Papa sama Mama nggak jadi datang, tadi aku udah mau pulang lho.”

“Pahh!” Panggil Melvin sambil melambaikan tangan kanan.

“Ehm, Pak Madi perkenalkan ini anak saya satu-satunya namanya Park Ri Rin. Namanya memang unik, keturunan Papanya Park Ri On.”

“Hahaha” Aku bingung kenapa Papa sama Pak Madi ketawa, padahal nggak ada yang lucu. Mama sama istrinya Pak Madi juga ikut ketawa, sepertinya dipaksakan.

“Nah kalo ini anak saya namanya Melvin. Melvin ini dia calon tunanganmu yang Papa bilang itu. Cantik kan.”

“Uhhukk uhukk” (Calon tunangan? Aku?)

Untuk beberapa saat aku dan Melvin hanya saling bertatapan. Dari telingaku sangat jelas terdengar suara Papa sama Mama dan orang tua Melvin sedang asyik berincang-bincang , sesekali mereka tertawa kecil. Aku juga mendengar mereka menjelaskan tentang pertunangan itu, aku dan Melvin cuma mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis seakan-akan kami belum kenal satu sama lain. Bo**h, dua tahun aku pacaran sama Melvin tapi kami nggak pernah bertemu orang tua masing-masing.

****

Aku senang sekali ketika Melvin memasangkan cincin tunangan ke jari manisku. Sampai-sampai dari tadi aku selalu tersenyum.

“Wahh, ternyata benar dugaanku kamu yang duluan menikah. Cie ciee. Selamat ya, ku doain semoga kalian langgeng sampai ke jenjang pernikahan”

“Amiiiin, makasih ya Ra. Ternyata kamu masih ingat pembicaraan kita dulu. Zaara, benar ya kamu mau kuliah ke Surabaya. Kenapa, aku kan udah bela-belain pindah dari Korea ke sini supaya kita bisa ketemu lagi. Tapi kamu malah pindah, gimana sih”

“Maaf ya Rin. Abis mau gimana lagi, aku juga nggak mau tapi Ayahku dipindahkan kerja  ke sana. Orang tuaku kan beda sama orang tua kamu. Kalo kamu dibolehin tinggal jauh dari orang tua, sedangkan aku. Jangankan beda negara, beda kota aja orang tuaku nggak ngebolehin aku tinggal sendiri. Tapi aku janji, nanti kalo kamu menikah pasti aku datang. Yaa asal kamu undang aja.”

“Kamu juga

Zaara mungkin tersenyum  karena dia mengerti maksudku. Dulu dia pernah bilang kalo dia akan menikah setelah lulus S2 damn sukses dulu. Malah dia pernah berpikiran kalo dia nggak akan pernah menikah. Dia memang aneh, nggak hom* tapi sampai sekarang dia belum pernah pacaran atau suka sama cowok.


TAMAT


Thanks ya guys sudah bersedia melihat, membaca, atau cuma nyasar ke sini. Jangan lupa juga ya pilih reaksinya dan kirim komentar walaupun kalian cuma nyasar ke sini. Karena saran dan pendapat kalian akan sangat bermanfaat untuk blog ini agar ke depannya bisa menjadi blog yang diinginkan oleh para pembaca. Sekali lagi gue ucapkan terima kasiiiih. Tunggu postingan gue berikutnya yaaa.

Senin, 07 Maret 2016

Download lagu-lagu Miley Cyrus yang rame dan asik rekomendasi gue

Hello guys, kali ini gue bukan bawa postingan cerpen tapi gue mau upload lagu-lagu dari Miley Cyrus salah satu idola gue. Gue jamin lagunya rame-rame. Klik judulnya untuk mendownload.

Silahkan download Mp3 ini Gratis dan hanya untuk review saja. Untuk mendukung Penyanyi atau band Musik Nya Siahkan Anda beli melalu Amazon, iTunes, Last.fm, Melon, Google Play Atau Kaset dan CD/DVD Original Nya Atau Pasang NSP / I-ring / RBT

1. Miley Cyrus~7 Things
2. Miley Cyrus~Adore You (Acoustic version)
3. Miley Cyrus~Can't Be Tamed
4. Miley Cyrus~Fly On The Wall
5. Miley Cyrus~He Could Be The One
6. Miley Cyrus~Party In The U.S.A
7. Miley Cyrus~We Can't Stop

Terima kasih ya guys, kalian sudah berkunjung dan mendownload lagu di blog gue. Silahkan tinggalkan jejak lewat kolom komentar atau reaksi.
 

Sabtu, 06 Februari 2016

Cerpen cinta, cinta segitiga berjudul AYAH ATAU PACAR karya Kartika

Guys, sekarang gue posting cerpen (lagi). Cerpen tentang cinta, cinta segitiga, bahkan cerpen keluarga. Langsung aja ya gue persembahkan (abisnya bingung mau bilang apa lagi) cerpen yang berjudul AYAH ATAU PACAR. Silakan :D


AYAH ATAU PACAR

Oleh : Kartika



Nama gue Tyas, tahun ini usia gue 23 tahun. Gue kuliah jurusan hukum semester 7. Tadi waktu di kampus, dosen ngasih tugas ke kami untuk membuat sebuah makalah tentang sebuah kasus serta cara menyelesaikannya secara hukum. Kami juga diperintahkan melakukan wawancara langsung dengan pengacara untuk membuat makalah itu. Gue bingug mau cari pengacara yang mau diwawancara. Teman-teman gue sih ada yang beri beberapa nomor hp pengacara, entar gue coba telfon deh.



“Halo, selamat siang. Benar dengan Bapak Aji Santoso?” Ucap gue dengan berani.



Iya benar. Ini dengan siapa?



“Maaf Pak kalau saya mengganggu, saya Candraningtyas Pramudita dari fakultas hukum Universitas Indonesia. Apakah boleh saya mewawancarai Bapak sebagai narasumber saya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dosen kepada kami?”  Jelas gue panjang lebar.



Ooh iya, iya. Hmm, memang tugasnya seperti apa?



“Begini Pak, kami diberi tugas untuk mewawancarai seorang pengacara tentang sebuah kasus serta bagaimana cara menyelesaikannya berdasarkan hukum. Nanti hasil wawancara itu akan dibuat menjadi sebuah makalah. Apakah Bapak bersedia?”



Panjang lebar gue jelasin terus secara lemah lembut pula berharap Si Bapak bersedia menjadi narasumber gue untuk menyelesaikan tugas makalah. Eh, ternyata malah nggak mau. Gue kira tu Bapak mau-mau aja jadi narasumber gue. Katanya sih beberapa hari lagi beliau mau ke luar negeri untuk beberapa saat. Jadi, nggak bisa deh. Untungnya teman gue ngasih nomor hp pengacara lebih dari satu. Jadi gue nggak masalah lah Bapak itu tadi nolak gue.



Hampir satu jam gue megagin hp buat nelfonin satu-satu pengacara. Sampai-sampai batterynya sisa 20 % terus hpnya panas banget lagi. Untung gue udah beli paket hemat nelfon ke semua operator, jadi bisa sepuasnya deh membujuk para pengacara buat diwawancarai.



Akhirnya setelah beberapa nomor gue hubungi, ada juga yang mau jadi narasumber gue. Sebenarnya ada sih yang mau sebelumnya, tapi guenya yang nggak mau. Nggak tau kenapa. Setelah lama berbincang-bincang lewat telfon, akhirnya ada keputusannya juga. Dia bersedia jadi narasumber gue dan esok kita bakal ketemuan.



Beberapa saat setelah gue selesai nelfonin para pengacara, nyokap gue masuk ke kamar dengan raut wajah yang nggak bisa gue tebak. Mami langsung duduk di samping gue, ngobrol-ngobrol, manis-manisin gue, akhirnya baru deh ke intinya. Emangnya gue anak kecil dimanja-manjain segala.



“Papi kamu kan udah meninggal sekitar tujuh tahun yang lalu dan kamu kan udah dewasa, bentar lagi pasti mau menikah. Terus, nanti setelah menikah pasti kamu tinggal dengan suamimu. Dan Mami tinggal sendirian di rumah ini.”



 Udah gue duga, pasti Mami datang ke kamar karena ada maunya. Mami mau married lagi. Gue bingung mau berekspresi gimana.



****



Oke, siang ini gue mau ketemuan sama Pak Akram. Dia seorang pengacara muda yang gue telfon kemaren. Walaupun muda, dia udah S2 sarjna hukum lulusan Universitas di Singapura. WOW. Dia juga udah pernah menyelesaikan beberapa kasus yang rumit. Oiya, dia pengacara yang setuju jadi narasumber gue dari beberapa nomor hp pengacara yang dikasih teman-teman gue. Setelah bincang-bincang, akhirnya klop juga sama sebuah kasus yang akan gue jadiin bahan buat bikin makalah. Kebetulan saat ini dia lagi menyelesaiakan kasus itu. Pas banget.



Udah hampir satu miggu gue mewawancarai Pak Akram, dan kasusnya pun sebentar lagi selesai. Kami diberi waktu buat bikin makalah selama dua minggu. Jadi, sisa satu minggu lebih beberapa hari lagi buat gue bikin makalahnya.



Seiring dengan berjalannya waktu, hubungan gue dengan Pak Akram semakin dekat saja. Bahkan Pak Akram sering nelfon gue di luar tentang wawancara itu. Gue juga jadi sering curhat sama dia. Baru-baru ini gue curhat tentang pacar gue yang mutusin gue dengan alasan katanya dia dipaksa sama orang tuanya buat menikah tahun ini juga. Berhubung gue belum mau menikah dalam waktu dekat, jadi dia terpaksa mutusin gue dan menikah dengan cewek pilihan orang tuanya yang sudah pasti siap menikah. Pak Akram juga pernah cerita atau curhatlah ya, tentang hubungannya bersama sang kekasih dan sudah membicarakan tentang pernikahan. Katanya sih setelah kasus yang dia tangani sekarang selesai, dia bakal serius membahas rencana pernikahannya.



****



Entah kenapa ketika Pak Akram cerita tentang rencana pernikahannya, gue rada-rada sedih gitu. Gue bingung, seharusnya gue ikut senang dong. Rasa yang gue rasain saat ini udah nggak asing lagi. Gue pernah merasakan perasaan kayak gini sekitar beberapa hari yang lalu. Waktu gue putus sama pacar gue. Rasa sakit yang rasain waktu itu mirip dengan apa yang gue rasain saat ini. Waktu itu wajar kan kalo gue sakit hati karena orang yang gue sayangi menikah dengan orang lain. Tapi sekarang jelas-jelas Pak Akram itu bukan siapa-siapa gue, kenapa rasanya sakit ya?



“Lalala....” ¯¯)



“Halo ada apa Pak?”



Tiba-tiba Pak Akram nelfon gue, cara ngomongnya juga beda. Biasanya dia ngomong formal sama gue, bahkan waktu dia curhat pun pakai bahasa formal.



Tyas, maaf kalo aku ganggu kamu sekarang. Sebenarnya aku mau cerita sama kamu. Entah kenapa, cerita sama kamu itu rasanya beda, nyambung gitu. Mungkin karena kita sama-sama ngerti hukum.” Ucap Pak Akram yang membuat gue melongo.



Dia cerita tentang rencana pernikahannya (lagi). Rencananya besok dia mau melamar orang yang dia sayangi. Dia juga bilang akhir-akhir ini dia nggak terlalu bersemangat lagi dengan rencana pernikahannya. Katanya akhir-akhir ini mereka nggak pernah ketemu karena kesibukan masing-masing, paling cuma chatting atau telfonan doang. Terus, katanya saat ini hatinya bingung antara dua pilihan. Ada orang lain yang memasuki hatinya selain sang kekasih. Tapi dia nggak tau siapa oarang itu.



****



Yee, akhirnya kasus yang ditangani Pak Akram selesai. Kenapa gue senang? Iyalah, itu berarti wawancara gue juga selesai. Hmm, kemaren Mami bilang hari ini Mami mau ngajak kekasihnya datang ke rumah. Gue penasaran, gimana sih orangnya calon Papa tiri gue.



“Ting-tong” %¯



Ada suara bel, kayaknya itu kekasihnya Mami deh. Segera setelah bel berbunyi, gue langsung pergi ke ruang tamu. Ketika gue tiba, pandangan gue langsung tertuju pada punggung seseorang yang tak lain adalah kekasih Mami bersama orang tuanya yang lagi duduk berhadapan ke arah Mami dan Om gue. Lalu, Mami langsung memperkenalkan sang kekasih dan lelaki itu berdiri berpaling ke hadapan gue. Setelah gue liat mukanya, ternyata dia orang yang nggak asing lagi buat gue.



“Tyas, kenalin ini calon suami Mami. Bariq Akram Fausta. Dia seorang pengacara.”



“......” (blekk).



Entah kenapa dada gue rasanya nyesek setelah gue lihat mukanya dan mendengar penjelasan Mami.



“Jadi, pacarnya Pak Akram itu Mami?” Gue melihat ke arah Pak Akram, seakan pertanyaan itu tertuju untuknya.



“Tyas, jadi kamu anaknya Kak Sipa?”



Sipa itu nama Mami gue, nama lengkapnya Sipawati Chandra. Mungkin Pak Akram manggil Mami dengan sebutan Kak. Wajarlah beda usia mereka 15 tahun. Setelah lumayan lama diam dalam keheningan, akhirnya Pak Akram angkat bicara. Ternyata dia mengejutkan kami semua dengan bilang ke orang tuanya kalo gue yang mau dilamar. Sontak gue langsung kaget menganga. Yang nggak kalah kaget dari gue yaitu Mami, secara beliau kan kekasihnya Pak Akram, tapi kenapa anaknya yang dilamar. Padahal gue sama sekali nggak ada hubungan apa-apa sama Pak Akram. Apa yang dimaksud orang lain di hatinya itu gue? Setelah Pak Akram memperkenalkan gue dan Mami, orang tuanya kelihatan senang-senang aja. Sedangkan Mami, raut mukanya susah buat ditebak gimana perasaan beliau saat ini.



“Tante, niat saya datang ke sini untuk melamar putri tante, Tyas. Apakah lamaran saya tante terima?”



Gue dan Mami sama-sama kaget mendengar kata-kata Pak Akram. Baru beberapa menit yang lalu dia bilang Kak ke Mami, sekarang tau-tau dia bilang tante. Setelah beberapa saat Mami terdiam, lalu menarik nafas dan bilang kalo Mami menyetujui Pak Akram melamar gue.



“Kalo tante sih setuju-setuju aja, tapi kan yang dilamar anak tante. Jadi semua keputusan tante serahkan ke anak tante. Tyas, gimana apakah kamu terima lamaran Akram?”



Untuk sesaat gue terdiam, kenapa tiba-tiba Mami berubah banget. Dan kenapa Mami bilang kayak gitu, apakah cuma sandiwara atau gimana? Gue bingung mau jawab apa, yaudah gue jawab seadanya aja kalo gue harus mikir-mikir dulu selama beberapa waktu. Setelah Pak Akram dan orang tuanya pulang, gue langsung nanya ke Mami tentang apa yang tadi beliau lakukan maksudnya apa. Mami cuma bilang kalo beliau merasa udah nggak pantas lagi buat married, apalagi usia Mami jauh lebih tua dari Pak Akram. Beliau juga bilang kalo akhir-akhir ini perasaannya ke Pak Akram sudah hilang, kayaknya Pak Akram juga demikian.



Kemaren aja terakhir kali mereka membicarakan tentang pernikahan, kata Mami Pak Akram beda dari biasanya dibandingkan satu bulan yang lalu. Mami bilang beliau udah nggak ada rasa lagi sama Pak Akram semenjak terakhir-terakhir ini. Kayaknya Pak Akram juga sama, mungkin itu sebabnya kenapa Pak Akram berubah.



“Nak, Mami sadar akhir-akhir ini Akram menyukai orang lain. Dan ternyata orang itu kamu. Mami sadar kalo Mami emang nggak cocok sama Akram. Dia jauh lebih muda dari Mami, dia lebih cocok jadi pacarmu ketimbang jadi Ayahmu. Hmm, Mami merestui hubungan kalian berdua.”



Gue kaget dengar perkataan Mami kayak gitu. Sedikit pun nggak ada rasa marah atau kesal dari nada bicara Mami. Gue bingung harus bersikap gimana, jujur gue berasa jadi anak durhaka kalo gue terima lamaran Pak Akram.



****



Hari ini makalah yang gue buat dengan penuh cerita, dikumpul juga. Dosen gue bilang katanya kasus yang gue jadikan sebagai makalah itu bagus. Tugas gue dapat nilai A J. Ketika hendak pulang, ada punggung seseorang yang nggak asing lagi buat gue. Pak Akram. Lagi menunggu di depan gerbang kampus. Dia ngajak gue ngomong serius, kalo Pak Akram emang suka sama gue semenjak kita terlibat sebuah pekerjaan (membuat makalah). Dia juga ngelamar gue lagi di antara orang-orang yang lalu-lalang dan beberapa di antaranya memperhatikan kami.



Lumayan lama gue mikir, dan akhirnya kata-kata yang gue ucapakan melalui mulut gue intinya ‘iya’. Kemaren-kemaren Mami juga bilang ke gue mending terima aja lamaran Pak Akram. Sebenarnya yang buat gue bingung itu bukan karena gue nggak suka sama Pak Akram, gue akui kalo gue emang suka sama dia semenjak gue ada urusan sama Pak Akram. Masalahnya gue merasa nggak enak banget sama Mami karena orang yang hampir jadi Ayah tiri gue malah melamar calon anak tirinya. Walaupun Mami berkali-kali bilang kalo beliau udah nggak ada rasa lagi sama Pak Akram dan merestui hubungan gue.



****



Satu minggu berlalu. Esok gue sama Pak Akram mau tunangan. Dalam satu minggu banyak banget perubahan yang terjadi, gue jadi makin akrab dan dekat sama dia. Rencananya tahun depan setelah wisuda, gue bakal married sama Pak Akram.



“Kemaren-kemaren aku nggak pernah bilang secara langsung perasaanku. Sebelum kita tunangan, aku akan ungkapkan semua. Tyas, awalnya aku emang nggak ada rasa apa pun sama kamu. Tapi semenjak kita terlibat kerjaan bersama, rasa suka itu perlahan mulai muncul. Perlu kamu tahu beberapa minggu sebelum kita ketemu, rasaku kepada Mami kamu udah pudar. Karena emang kita udah jarang ketemu. Tyas, saat ini, aku, Bariq Akram Fausta benar-benar menyukaimu, Candraningtyas Pramudita. Tulus, tulus dari hati dan secara hukum, nggak ada paksaan, ancaman, atau tekanan.”







TAMAT

Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar atau pilih reaksi Anda setelah membaca cerpen di atas. Terima kasih :D